
Tema tahun ini mengajak publik merefleksikan seni sebagai laku hidup dan praktik keberlanjutan
Yogyakarta,suarainfo.com — Di tengah hiruk pikuk zaman yang memburu hasil -ARTJOG 2025 membuka pintunya sebagai ruang permenungan tentang motif dan amalan: laku seni yang bukan semata hasil akhir, melainkan wujud keberlanjutan hidup dan kesadaran bersama. Bertempat di Jogja National Museum (JNM), Jumat siang, (20/6/2025). ARTJOG kembali menyapa publik dengan napas baru bertajuk Motif: Amalan.
Tahun ini, lebih dari seratus seniman dari berbagai latar usia, wilayah, bahkan negara turut ambil bagian dalam sebuah perjalanan estetika yang mendalam. Dua seniman komisi, Anusapati dan kolektif REcycle-EXperience, menjawab tema dengan cara yang menyentuh persoalan krusial zaman ini: ekologi dan limbah.
Anusapati, perupa asal Yogyakarta, menampilkan instalasi “Pohon, Kayu” yang membongkar narasi eksploitasi hutan dan tambang sebagai sumber luka ekologis. Dengan menghadirkan bebunyian dari kolaborasi bersama seniman suara Tony Maryana, karya ini membangun persepsi baru tentang relasi manusia dan alam yang telah terputus dalam modernitas.
Sementara itu, REcycle-EXperience dari Bandung hadir lewat the love for all living creatures, karya yang mengundang anak-anak dan pengunjung menyumbangkan mainan bekas limbah yang kerap terlupakan, untuk menjadi bagian dari instalasi. Aktivitas bersama ini menjadi amalan nyata: seni sebagai cara belajar menyusun kembali masa depan dari sisa-sisa yang tercecer.
Selain dua komisi utama, ARTJOG tahun ini juga mempersembahkan Special Project dari tiga kolektif berbeda: Murakabi Movement (Yogyakarta), Ruangrupa (Jakarta), dan DEVTO Printmaking Institute (Bali). Murakabi menyuguhkan karya Tanah Air Beta—instalasi yang menyoal ulang hubungan antara manusia, tanah, dan air melalui konstruksi trasah batu. Ruangrupa menghidupkan kembali semangat Perguruan Taman Siswa dengan taman belajar bersama, menjadikan seni sebagai jalan bertanya, berbagi, dan tumbuh.
DEVTO, studio grafis dari Bali, memperkenalkan praktik seni cetak dalam lintasan kolaborasi dengan seniman lintas wilayah. Dedikasinya bukan sekadar teknis, tetapi juga menghidupkan kembali seni grafis dalam medan seni rupa yang luas.
Salah satu sorotan tahun ini datang dari dunia seni peran: aktor Reza Rahardian menghadirkan karya instalasi Eudaimonia, hasil kolaborasi multidisiplin bersama Garin Nugroho, Siko Setyanto, Aditya Surya Taruna, Andra Matin, Davy Linggar, dan Retno Ratih Damayanti. Proyek ini menandai dua dekade perjalanan Reza dalam seni peran, dipersembahkan bukan sebagai selebrasi semata, tetapi refleksi tentang makna kebahagiaan dan tujuan hidup.
Kurator Hendro Wiyanto menekankan bahwa Amalan bukanlah semata soal pahala seperti dalam pengertian kamus, tetapi laku praktis seniman, laku yang bersentuhan langsung dengan konteks sosial, politik, dan budaya. “Karya seni dapat dipandang sebagai hadiah untuk kebaikan hidup bersama, melampaui kalkulasi laba-rugi,” ujar Hendro.
Tak hanya menampilkan seni rupa, ARTJOG 2025 juga memperluas cakupan dengan pertunjukan musik, tari, teater, audio visual, pantomim, hingga sesi diskusi. ARTJOG menjadi lanskap tempat gagasan, ekspresi, dan aksi bertemu dalam satu harmoni: seni sebagai amalan hidup. (Raja)
Editor : (RM.Neutron Aprima)
Tinggalkan Balasan