
SLEMAN ,suarainfo.com – Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-78, Pemerintah Kalurahan Condongcatur menggelar Kirab dan Upacara Bregada di Komplek Kalurahan Condongcatur, Kamis, (26/12/2024).

Acara ini melibatkan 780 anggota bregada yang tergabung dalam empat pasukan sesuai dengan kring kalurahan lama, lengkap dengan gunungan sebagai simbol kemakmuran.
Bregada yang tampil adalah:
- Bregada Hadi Manggala dari Kring Gorongan (Padukuhan Gempol, Dero, Ngringin, Ngropoh, dan Dabag).
- Bregada Paksi Jayeng Katon dari Kring Manukan (Padukuhan Tiyasan, Manukan, Pondok, dan Sanggrahan).
- Bregada Sastra Dihardjan dari Kring Gejayan (Padukuhan Gejayan, Kaliwaru, Soropadan, dan Pringwulung).
- Bregada Kramayudha dari Kring Kentungan (Padukuhan Kentungan, Kayen, Pikgondang, Joho, dan Gandok).

Lurah Condongcatur, Reno Candra Sangaji, menjelaskan bahwa upacara ini merupakan puncak dari rangkaian perayaan HUT ke-78. Sebelumnya, berbagai kegiatan telah dilaksanakan, seperti fun bike, senam massal, jemparingan, bulutangkis, senam lansia, tenis meja, pagelaran wayang climen, ketoprak, pengajian, dan parade hadroh.
“Bregada ini menggambarkan sejarah awal berdirinya Condongcatur pada 26 Desember 1946, berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948. Kala itu, empat kalurahan dilebur menjadi satu dengan lurah pertama Kromoredjo,” jelas Reno.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi penghormatan atas perjuangan leluhur yang membangun dasar-dasar Kalurahan Condongcatur dengan nilai gotong royong dan kearifan lokal yang terus dijaga hingga hari ini.

“Tahun 2024 ini, Condongcatur berhasil meraih predikat Kelurahan Inovatif Terbaik se-Kabupaten Sleman dan Desa Bersinar dari BNN RI. Prestasi ini dicapai berkat kerja keras masyarakat melalui program seperti Semanis Madu untuk pelayanan digital, alokasi anggaran Rp40 juta per RW, program stunting, pemberdayaan UMKM, pelestarian seni budaya, dan BUMKal Nyawiji sebagai penggerak ekonomi lokal,” ungkap Reno.

Sebagai penutup acara, masyarakat turut memeriahkan tradisi berebut empat gunungan yang menjadi simbol rasa syukur. Reno menegaskan bahwa meski pembangunan di Condongcatur berkembang pesat, nilai-nilai budaya harus tetap dijaga, mengingat wilayah ini dihuni oleh masyarakat lokal dan pendatang, termasuk mahasiswa dan pekerja dari berbagai daerah.
Pewarta : (Raja)
Editor : (Neutron A).
Tinggalkan Balasan